Terlarut bersama hujan
Kami berangkulan
Mencari makna dan nama
untuk sebuah peradaban
yang telah hilang
Bandung, satu pagi
di bawah bintang, nyanyian syaér malam
Friday, June 18, 2010
Friday, May 14, 2010
Cerita Bintang
bintang bintang teronggok
membiru berkedip
tersamarkan rerumputan
pelan dan pelan
naik ke langit kelam
mencari peraduan..
Bandung menjelang senja, 14 Mei 2010
Bandung menjelang senja, 14 Mei 2010
Friday, May 7, 2010
Penjara
terpenjara dalam raga tua
aku merintih memaki
doa dalam kesinisan
terisap sepi kepiluan
bau anyir dan busuk tertawa berbarengan
menginjakku dalam nisan awan-awan
dalam kelam mencekam
pilu yang setia
teman sejati sabar berbagi
tentang luka, luka dan luka saja
memang aku sudah tiada
entah dimana
saat terjaga oleh kepiluan
air mataku berdoa
"Lepaskan aku dari penjara raga tua ini Tuhan"
Ranjang penantian, 7 Mei 2010
aku merintih memaki
doa dalam kesinisan
terisap sepi kepiluan
bau anyir dan busuk tertawa berbarengan
menginjakku dalam nisan awan-awan
dalam kelam mencekam
pilu yang setia
teman sejati sabar berbagi
tentang luka, luka dan luka saja
memang aku sudah tiada
entah dimana
saat terjaga oleh kepiluan
air mataku berdoa
"Lepaskan aku dari penjara raga tua ini Tuhan"
Ranjang penantian, 7 Mei 2010
Wednesday, May 5, 2010
Gunung, pantai, awan
Terdampar sementara dalam pencarian
Di sebuah alun-alun ketenangan
Tempat menghela nafas
di bawah beringin yang rimbun
Kutatap dalam gunung gunung berjajaran
angkuh diam
Taklid dalam kepatuhan
Kurasakan ombak bergulung-gulung bekejaran
bergemuruh, berebutan
mencumbu karang
Dalam keterpanaan, langit mengukir cerita
tentang Ramayana dan Dewi Sinta
cerita sederhana berulang
bermakna tak mengenal masa
Dalam sajian alam
batinku bertanya lirih
pada yang mendengar
"Apakah aku di surga, kawan?"
Pacitan, 5 Mei 2010
Di sebuah alun-alun ketenangan
Tempat menghela nafas
di bawah beringin yang rimbun
Kutatap dalam gunung gunung berjajaran
angkuh diam
Taklid dalam kepatuhan
Kurasakan ombak bergulung-gulung bekejaran
bergemuruh, berebutan
mencumbu karang
Dalam keterpanaan, langit mengukir cerita
tentang Ramayana dan Dewi Sinta
cerita sederhana berulang
bermakna tak mengenal masa
Dalam sajian alam
batinku bertanya lirih
pada yang mendengar
"Apakah aku di surga, kawan?"
Pacitan, 5 Mei 2010
Berbagi Beban
Bergumul dengan lapang
Berharap berbagi beban dengan awan
Tentang cinta, cita, derita, duka, senang, bahagia, pedih
semua
Sungguh, aku tak memaksa
sebisamu saja
Pacitan, 5 Mei 2010
Berharap berbagi beban dengan awan
Tentang cinta, cita, derita, duka, senang, bahagia, pedih
semua
Sungguh, aku tak memaksa
sebisamu saja
Pacitan, 5 Mei 2010
Monday, May 3, 2010
Tersesat
Kupagut perih
diatas ranjang kenistaan
Merintih meraung pedih
dalam pelukan ketiadaan
Telah membatu hatiku
bergulir diantara jeram sungai darah
Gelap kurasa langit hilang biru
aku tersesat menghiraukan arah
Aku penari lantang
Dalam keramaian aku kesepian
Selalu berharap lekas petang
Agar aku kulepaskan jubah kepedihan
Ternoda oleh cinta
yang diobral murah diantara jajanan
aku sembilu terhina
Oleh tipu dan rayuan
Telah kutorehkan tinta
Cerita memalukan
Membenci gila cinta
Yang menipu meremukkan
Aku ternoda oleh sabda pengelana
Mabuk oleh candu cinta
Yang keluar manis nun berbisa
Aku ternoda
Biar saja kudekap tubuhku sendiri
Kubasuh dengan darah dan peluh
Aku ingin berlari
Kusegan bertahan disini, ingin lekas pergi
Masuk diantara kobaran bara, lekas melepuh
Ruang bisu, 3 Mei 2010
diatas ranjang kenistaan
Merintih meraung pedih
dalam pelukan ketiadaan
Telah membatu hatiku
bergulir diantara jeram sungai darah
Gelap kurasa langit hilang biru
aku tersesat menghiraukan arah
Aku penari lantang
Dalam keramaian aku kesepian
Selalu berharap lekas petang
Agar aku kulepaskan jubah kepedihan
Ternoda oleh cinta
yang diobral murah diantara jajanan
aku sembilu terhina
Oleh tipu dan rayuan
Telah kutorehkan tinta
Cerita memalukan
Membenci gila cinta
Yang menipu meremukkan
Aku ternoda oleh sabda pengelana
Mabuk oleh candu cinta
Yang keluar manis nun berbisa
Aku ternoda
Biar saja kudekap tubuhku sendiri
Kubasuh dengan darah dan peluh
Aku ingin berlari
Kusegan bertahan disini, ingin lekas pergi
Masuk diantara kobaran bara, lekas melepuh
Ruang bisu, 3 Mei 2010
Pengelana
Kugantung doa diawan
sungguh kutakada pamrih
Hanya tak ingin kulupakan
hingga aku pulang dan letih
Aku pengelana tanpa tujuan
berserak menarik langkah pelan
bersenda memungut cerita
tentang siapa,kamu aku kita siapa saja
menyelaminya satu persatu
menorehkan warna-warna pada mimpiku
Kutakbutuh waktu
yang menggantung rindu
Penjejal pilu
Kutakbutuh arah
pemberat langkah
Membuatku lemah
Kutakbutuh bekal
Menghitamkan hatiku bebal
Meremukkan hasratkutak kebal
Aku hanya butuh jalan
Penuntunku pelan
dalam puisi dan kefaanaan
Persetan
Tentang kehadiran
Aku hanya butuh berjalan
Aku pengelana tanpa tujuan
Ruang bisu, 3 Mei 2010
sungguh kutakada pamrih
Hanya tak ingin kulupakan
hingga aku pulang dan letih
Aku pengelana tanpa tujuan
berserak menarik langkah pelan
bersenda memungut cerita
tentang siapa,kamu aku kita siapa saja
menyelaminya satu persatu
menorehkan warna-warna pada mimpiku
Kutakbutuh waktu
yang menggantung rindu
Penjejal pilu
Kutakbutuh arah
pemberat langkah
Membuatku lemah
Kutakbutuh bekal
Menghitamkan hatiku bebal
Meremukkan hasratkutak kebal
Aku hanya butuh jalan
Penuntunku pelan
dalam puisi dan kefaanaan
Persetan
Tentang kehadiran
Aku hanya butuh berjalan
Aku pengelana tanpa tujuan
Ruang bisu, 3 Mei 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)