apakah kau berharap sepertiku?
mentari yang tak kunjung menyeruak dari peraduannya
bintang-bintang bertaburan dilangit
menemani irama binatang malam
hasrat dan angkara tersandar sejenak
dibuai angin malam yang merusuk hingga sumsum tulang-tulangmu
masih berharap
waktu diam, tak melangkah
biar terasapi maknanya
dalam remang-remang
biar terhapus semua penyesalan
masih terus berharap
Saturday, June 27, 2009
Tuesday, June 16, 2009
sore diatas jembatan tol buahbatu
hujan rintik-rintik membasahi jalan yang sudah basah
diantara deru mobil lalu lalang yang tak pernah usai
kubangan-kubangan kecil dan tanah becek
aku tahu, hujan deras sempat mampir disini
sejenak kutatap
diujung barat sana, mentari berjuang keras menembus dinding tipis awan kelabu
ingin menyapa dunia di akhir hari
sebelum masuk keperaduannya
diseberang selatan bawah sana
sawah-sawah yang mulai menghijau tua warnanya
tampak diam membisu
meresapi setiap tetes air yang ditinggalkan sang awan sejenak tadi
hingga sekarang
angin hilang rimbanya, entah bersembunyi dimana dia
mobil-mobil bergerak angkuh
melaju cepat menghantam masa dan memangsa jarak
ada yang menyusul keperaduan sang surya
ada yang membelakangi sang surya
dibawahku tepat membujur dari utara keselatan
sebuah jalan sempit berlubang
menjadi tumpuan ratusan kendaraan yang merayap
menyelusupi setiap jengkal aspal dijalan itu
kutatap keutara, disana gedung bertingkat berdiri
diantara atap-atap rumah yang tidak memberi ruang untuk bernafas
semua bergerak
cepat ataupun merayap
menyusuri setiap gang sempit kehidupan
ah hujan ini membawaku kembali kelamunan
kubiarkan saja bajuku basah, perlahan aku berjalan turun
bergelayut diantara ranting dan dahan pohon yang tersisa
tak ingin terjebak dalam lamunan
aku turun
dan gubrakkss..
aku terjatuh diantara lumpur dan kubangan
dan aku tersenyum
sore yang indah, yang tak akan terlupakan
*bandoeng, 2006*
diantara deru mobil lalu lalang yang tak pernah usai
kubangan-kubangan kecil dan tanah becek
aku tahu, hujan deras sempat mampir disini
sejenak kutatap
diujung barat sana, mentari berjuang keras menembus dinding tipis awan kelabu
ingin menyapa dunia di akhir hari
sebelum masuk keperaduannya
diseberang selatan bawah sana
sawah-sawah yang mulai menghijau tua warnanya
tampak diam membisu
meresapi setiap tetes air yang ditinggalkan sang awan sejenak tadi
hingga sekarang
angin hilang rimbanya, entah bersembunyi dimana dia
mobil-mobil bergerak angkuh
melaju cepat menghantam masa dan memangsa jarak
ada yang menyusul keperaduan sang surya
ada yang membelakangi sang surya
dibawahku tepat membujur dari utara keselatan
sebuah jalan sempit berlubang
menjadi tumpuan ratusan kendaraan yang merayap
menyelusupi setiap jengkal aspal dijalan itu
kutatap keutara, disana gedung bertingkat berdiri
diantara atap-atap rumah yang tidak memberi ruang untuk bernafas
semua bergerak
cepat ataupun merayap
menyusuri setiap gang sempit kehidupan
ah hujan ini membawaku kembali kelamunan
kubiarkan saja bajuku basah, perlahan aku berjalan turun
bergelayut diantara ranting dan dahan pohon yang tersisa
tak ingin terjebak dalam lamunan
aku turun
dan gubrakkss..
aku terjatuh diantara lumpur dan kubangan
dan aku tersenyum
sore yang indah, yang tak akan terlupakan
*bandoeng, 2006*
Monday, June 15, 2009
ceritakan tentang hujan
ceritakan padaku tentang hujan
tentang mentari yang tersembunyi dibalik awan-awan tebal
tentang tetes air yang mendedangkan suara kedamaian
butir-butirnya memandikan semua peluh dan debu
ceritakan padaku tentang hujan
yang menggemburkan setiap jengkal lahan-lahan yang kering kerontang
mengukir kembali senyum para petani yang mulai membungkuk pinggangnya dimakan usia
mengalirkan lagi parit yang terus mengeras tanahnya
ceritakan padaku tentang hujan
yang menemani kita membahasi tubuh
melahap puluhan kilometer perjalanan dengan berlarian
diiringi sendau gurau
ceritakan padaku tentang hujan
tentang airnya yang mengalir
dan bunyi kodok yang akan menemaniku sepanjang malam
membuaiku ke mimpi terindah
tentang impian dan kedamaian
ceritakan padaku tentang hujan
yang menorehkan kenangan di setiap detik dalam tetesannya
dalam kenangan yang tak pernah lekang
oleh seluruh musim kemarau yang ada
ceritakan padaku tentang hujan
nantikan kusampaikan kisahku kepadamu
melalui angin dan mendung.
tentang mentari yang tersembunyi dibalik awan-awan tebal
tentang tetes air yang mendedangkan suara kedamaian
butir-butirnya memandikan semua peluh dan debu
ceritakan padaku tentang hujan
yang menggemburkan setiap jengkal lahan-lahan yang kering kerontang
mengukir kembali senyum para petani yang mulai membungkuk pinggangnya dimakan usia
mengalirkan lagi parit yang terus mengeras tanahnya
ceritakan padaku tentang hujan
yang menemani kita membahasi tubuh
melahap puluhan kilometer perjalanan dengan berlarian
diiringi sendau gurau
ceritakan padaku tentang hujan
tentang airnya yang mengalir
dan bunyi kodok yang akan menemaniku sepanjang malam
membuaiku ke mimpi terindah
tentang impian dan kedamaian
ceritakan padaku tentang hujan
yang menorehkan kenangan di setiap detik dalam tetesannya
dalam kenangan yang tak pernah lekang
oleh seluruh musim kemarau yang ada
ceritakan padaku tentang hujan
nantikan kusampaikan kisahku kepadamu
melalui angin dan mendung.
Sunday, June 14, 2009
bahasa
a
i
u
e
o
itu yang merangkai kita
menautkan hati dalam kesepahaman
mengisyaratkan cinta, benci, senang, rindu, angkara, kepedihan dan cerita lainnya
memabukkan kita dalam anggur-anggur asrama
menguras seluruh isi air mata yang tersisa
mengocok setiap jengkal sel diperutmu
melampiaskan setiap beban yang kausandang
mengeluarkan setiap kisahmu dalam lembaran lembaran catatan berpena bahasa
o
e
u
i
a
i
u
e
o
itu yang merangkai kita
menautkan hati dalam kesepahaman
mengisyaratkan cinta, benci, senang, rindu, angkara, kepedihan dan cerita lainnya
memabukkan kita dalam anggur-anggur asrama
menguras seluruh isi air mata yang tersisa
mengocok setiap jengkal sel diperutmu
melampiaskan setiap beban yang kausandang
mengeluarkan setiap kisahmu dalam lembaran lembaran catatan berpena bahasa
o
e
u
i
a
jejak
di bawah lentera malam
aku diam membisu
melihat bayang-bayang suram dibawah kaki
diantara gulita malam
mencari sisa-sisa jejak langkah yang sempat kutinggal
di antara terik mentari sedari tadi
debu-debu mengangkatnya tipis menerjangkannya diantara jarak dan masa
berbekal kelap kelip pelita malam
aku terus mencoba
aku masih mencoba
mencoba mengais dan menautkan sisa-sisa jejak yang kutemui
sungguh berharap semua terkumpul
karena pelan-pelan akan kurangkai semuanya
kupasangkan diantara lentera malam
agar menunjukku kesatu arah yang kucari
aku diam membisu
melihat bayang-bayang suram dibawah kaki
diantara gulita malam
mencari sisa-sisa jejak langkah yang sempat kutinggal
di antara terik mentari sedari tadi
debu-debu mengangkatnya tipis menerjangkannya diantara jarak dan masa
berbekal kelap kelip pelita malam
aku terus mencoba
aku masih mencoba
mencoba mengais dan menautkan sisa-sisa jejak yang kutemui
sungguh berharap semua terkumpul
karena pelan-pelan akan kurangkai semuanya
kupasangkan diantara lentera malam
agar menunjukku kesatu arah yang kucari
Thursday, June 11, 2009
Wednesday, June 10, 2009
puisi hujan
Ini puisi hujan..
Airnya menerjang setiap inchi kemarau yang berkepanjangan
Embunnya memoles setiap jengkal hati yang lelah
Dinginnya meninabobokan duka dan luka
Cintanya merintis senyum dalam kelam
Dan..
Engkau hujanku
Menyiramku dari tidur perpanjangan
Meronai ruang jiwaku dengan pelangi syahdu
Melelehkan sendi-sendi keangkuhanku
Kan kutunggui awan, hingga membawamu kembali
kutahu kemarau akan lebih panjang
namun cintamu abadi disini, diantara air hujan yang kusimpan
dihati..
Airnya menerjang setiap inchi kemarau yang berkepanjangan
Embunnya memoles setiap jengkal hati yang lelah
Dinginnya meninabobokan duka dan luka
Cintanya merintis senyum dalam kelam
Dan..
Engkau hujanku
Menyiramku dari tidur perpanjangan
Meronai ruang jiwaku dengan pelangi syahdu
Melelehkan sendi-sendi keangkuhanku
Kan kutunggui awan, hingga membawamu kembali
kutahu kemarau akan lebih panjang
namun cintamu abadi disini, diantara air hujan yang kusimpan
dihati..
tentang cinta
cinta itu rumit dalam setiap kesederhanaannya
bersilat dan mengelit
berpadu dan berpendar
bersama dalam cerai berai
menembus ironi dan batas logika
cinta itu sederhana dalam jurang kerumitannya
cukup iya atau tidak
suka atau tidak
dan benci atau cinta
cukup kaupilih
bersilat dan mengelit
berpadu dan berpendar
bersama dalam cerai berai
menembus ironi dan batas logika
cinta itu sederhana dalam jurang kerumitannya
cukup iya atau tidak
suka atau tidak
dan benci atau cinta
cukup kaupilih
drama malam
Daun bergoyang beriringan
selembut dan segemulai nyanyian bayu
Jangkrik dan belalang tua bersenandung serak
berirama bersama penghuni malam yang lain
Daun tua perlahan tersurut jatuh
tertarik gravitasi tanpa tertahan
dan sang kunang-kunang mengiringinya
Bulan adalah ratunya
gemulai cantik memenuhi semesta
kadang tersipu malu
diambilnya sehelai awan yang kusam menutupi senyumnya
Aroma tanah bercampur hujan sempat tersedut memenuhi cakrawala
dan hilang berkibar oleh dayang dayang malam
tapi tak didunia sana
separuh pekat menutupinya
menjaganya untuk tetap ada dan tak kan hilang
Sedang beribu bahkan berjuta detak kehidupan
saling mengisi dan mengait
hingga fajar menyingsing
menggantinya dengan drama yang lain
tapi biarkanlah drama ini terjadi
Karena aku menikmatinya
kala dunia yang kutunggu tak jua sampai
*dan terucap salam untuk teman-teman malamku*
selembut dan segemulai nyanyian bayu
Jangkrik dan belalang tua bersenandung serak
berirama bersama penghuni malam yang lain
Daun tua perlahan tersurut jatuh
tertarik gravitasi tanpa tertahan
dan sang kunang-kunang mengiringinya
Bulan adalah ratunya
gemulai cantik memenuhi semesta
kadang tersipu malu
diambilnya sehelai awan yang kusam menutupi senyumnya
Aroma tanah bercampur hujan sempat tersedut memenuhi cakrawala
dan hilang berkibar oleh dayang dayang malam
tapi tak didunia sana
separuh pekat menutupinya
menjaganya untuk tetap ada dan tak kan hilang
Sedang beribu bahkan berjuta detak kehidupan
saling mengisi dan mengait
hingga fajar menyingsing
menggantinya dengan drama yang lain
tapi biarkanlah drama ini terjadi
Karena aku menikmatinya
kala dunia yang kutunggu tak jua sampai
*dan terucap salam untuk teman-teman malamku*
pekat
Akulah asap
hitam
pekat melayang, mengabur dan menghilang
dari pori-pori kayu kering
berlumut kerak, lapuk oleh cengkerama alam
*yang sempat tersimpan*
hitam
pekat melayang, mengabur dan menghilang
dari pori-pori kayu kering
berlumut kerak, lapuk oleh cengkerama alam
*yang sempat tersimpan*
dimana dia malam ini?
Dia sempat datang tadi siang, tapi hanya diam.
Aku berharap dia bercerita tapi tak kunjung mengalir kata2 yang kutunggu
Kubiarkan..
Tapi cerita berubah
Gerimis datang..
Tak kunjung kulihat dia
Hanya awan lembut disana, bersama angin malam mengantarnya sambil meringkuk
Kisah-kisahnya adalah pelangi
Walau dia tak pernah menaburkan warnanya
Aku sering menangis mendengar ceritanya sendunya
Tak jarang aku terpingkal-pingkal, melihat mimik mukanya, walau tanpa kata.
Dia sering bercerita tentang bintang
Tentang matahari pun sering dia bercerita
dan sekali sekali cerita tentang dirinya
Dia pendengar yang baik
Tak pernah menyelaku selayak aku bercerita pada bayang-bayang
Diakhir ceritaku dia masih saja diam, sampai kubilang ceritaku telah berakhir
Dia selalu jadi temanku ketika yang lain menjadi musuhku
Dia selalu jadi saudaraku ketika tak lagi ada yang memanggilku
Dia selalu jadi cintaku ketika semua membenciku
Kalau malam ini dia tak datang,
Kepada siapa cerita ini akan kubagi?
Aku tahu dia cintaku tapi bukan miliku
Tapi kumohon engkau mengerti tentang kisahku
Karena dia yang kutunggu di setiap detiknya..
Subscribe to:
Comments (Atom)