Friday, October 30, 2009

Sajak malam

Seandainya malam ini tak berujung pagi
akan kutulis dengan pena malam hingga matahari sungkan terbit dari sana
tentang dan hanya lelah dan sebak

Thursday, October 29, 2009

Hidup Untuk Hari Ini

Aku hanya sebuah kereta
yang ditarik oleh waktu
dimainkan oleh sang takdir
Melaju untuk hari ini

Kupajang seribu mimpi
di sana, di ujung perjalanan
yang pemberhentiannya tak pernah kutahu

Tadi sejarah yang kuukir
sebesar apapun hasrat untuk kembali
semua sudah mengabur menjadi semu

Aku hanya sebuah kereta
diantara desing
untuk hidup hari ini

Wednesday, October 28, 2009

2. Kupu

Ku-untuk diriku
Pu-sapaan manisku untuk memanggilmu
walau hanya mendayu di awan awang
Dan Kupu untuk cerita malam
yang kita pentaskan di panggung-panggung drama

Drama sederhana
jikalau kuurai dengan kata
tak ada yang istimewa menggelora
Setiap kumengucap
urung terdengar terkulum masa

Kau dengan dia
atau dia masih bersamamu
Aku yang menunggu
Hati yang memilihlah
yang menegarkanku disaat terapuhku

Drama berlanjut dalam pentas
tak jua tertebak penonton
Drama ini mengalir deras ke muara-muara dangkal dan berbatu
Pernah karam, cerita berbiduk
ditambal lagi dan lajur arus drama yang keras menarik membawa pergi lagi


Entah sampai kapan
aku tak tahu,
Yang kutahu hanya
Hatiku benar
untuk memilihmu

1. Kepompong Hati

Aku terdiam lama tadi malam
sangat lama, hingga kuacuhkan kehadiran bulan dan bintang
sahabatku

Seperas keringat
menemaniku melawan dingin menggigil
sapaan sang angin malam, yang biasanya merdu menganggu
tapi sekarang urung sanggup menyapaku
Aku masih disini, memandang kosong kedepan
di balik kecamuk jiwa yang bergelora.

Tentang apa?
Atau tentang siapa?
Kujawab dua duanya..
Tentang cinta jikau tanya apa
Qonita jikau tanya siapa.
Masih bertanya?

Tak perlu, biarkan aku yang bercerita
tentang kupu-kupu indah yang menyentuh jiwaku itu.

Dari sini aku mulai,
dari perkenalan sederhana
seperti yang lainnya
Dia menyapa, aku berbalas
selayak mentari bersinar dan malam menyerap energinya
mengalir dengan pakem alam

Tak ada cerita, hingga tiba
aku bercerita pada purnama
biasa, seperti sebelumnya

Dibalik jendela tipis bis
aku melihat bulan meringis
ada yang lain, sempat kugubris
kutanya, dia diam..Kusela "Ah kau ternyata habis menangis"

Dia bercerita, aku mendengarkan
menyimak dalam bisu dan kelam
hingga kuangkat sejenak nafas
sebelum masuk kuhelanya

Bis malam terus melaju
diantar cerita tawa dan sendu
Aku masih meragu
dengan nomor yang tertera di depanku

Ya dia memanggilku..
hatiku berkata begitu

Sumpahmu dulu

Waktu di sini berhenti ya?
Atau berjalan mundur?
Atau disini hanya ada pengulangan semu tiada akhir?

Negeri pemimpikah ini?
atau negeri bagi kumpulan pemimpi?
yang selalu dibuai candu

Hampir seabad waktu disini mengukir
tentang kegagahan dan semangat berbinar
dari sekumpulan pemuda liar
yang menerjang rambu dan aturan
berikrar satu sumpah
Sumpah kebersamaan yang menggaung menerjang dinding-dinding kolonialis

Semua tercatat manis
dibuku yang dicetak seribu, sejuta, semilyar kali
diulang-ulang setiap senin
dibacakan dibawah merah putih dengan lentera mentari pagi

Bocah-bocah menghapalnya
mengingatnya untuk sebuah nilai yang didewakan
Negara mengajarkan mengingat
lupa mengajarkan nilai luhur kandungannya

Tanggal ini, di hari ini
81 tahun lalu
kisah itu dimulai
oleh pemuda dan orang-orang berjiwa muda
menonggakan patri
untuk negeri ini
akan makna kebebasan dan kesetaraan
akan kebanggaan menjadi sendiri, mampu untuk berlari

Masih sama kan?
Isi, makna, tanggal dan bulannya
Aku rasa masih, sebagai hafalan hampa saja




Selamat hari Soempah Pemoeda

Thursday, October 22, 2009

Hujan Malam

Darahku mengalir bersama gemericik aer hujan yang berdenting ketika menyentuh sebuah benda. Tak akan pernah berhenti hingga ia menemukan tempat yang datar, rata dan tenang. Sebuah perjalanan yang gelap menyusuri alur yang sama sekali baru. Entah dimana peraduan terakhir itu akan ditemuinya. Mungkin peraduannya terakhir adalah saat pertama dia bersentuhan, atau mungkin ada yang tak pernah dia jumpai peraduan terakhir itu.

Malam ini ribuan galon aer tumpah dari langit, sebuah awal dan akhir. Wujud tak nampak, hanya denting suara dan hembusan angin malam yang ikhlas membawa kabar. Urat-urat tanah yang beruntunglah yang menerima darah-darah hujan yang melewatinya. Nasib dan takdir. Jika memang hujan mampir, nasib yang menentukan aer hujan melewatinya. Lepas dari kealpaan sang pemilik tanah yang lupa membuka jalur selokan, atau arah aer hujan yang tidak membelakanginya.

Takdir yang menentukan pertemuan mereka. Sekenario yang sudah dicatat mendetail ketika masa belum terdefinisi. Sebuah cerita yang pasti ada, yang terjadi dengan perantara takdir. Catatan kepastian yang tak bisa di hindarkan.

Kelamnya malam adalah rundungan suasana jiwa, yang terkumpul menumpuk. Menanti kesempatan untuk berteriak lepas. Siang bisa saja mendominasi, memberikan penghidupan dan cerita yang beraneka ragam. Tetapi hanya malam yang bisa menjadi penyeimbangnya, menyerap energi penghidupan, meninabobokan dengan cerita dari dunia lain yang lebih beragam dan abstrak, yang akan selalu digali oleh para pencari kegiatan.

Bulan bintang tak ada disini, peran mereka ditunda hingga temu kangen ini berakhir.Tak ada yang menolak, hujan dan awan yang biasanya selalu mengalah disetiap kesempatan kini menjadi sang otoriter mendadak. Berlaku acuh akan sekitarnya. Wajar, ada batas kebisaan untuk menanggung sebuah beban cerita yang menumpuk dan siap membuncah.

Dan hujan terus turun, gerimis sangat mungkin awet hingga pagi. Mungkin hingga aku terlelap dan organ-organ tubuhku yang tak pernah lelah untuk beristirahat akan tertidur diantara dentingan yang akan terus bersimponi sepanjang malam. Tapi entahlah, aku tak yakin.

Darahku hujanku, dan jiwaku adalah malam-malam kelam ini. Hanya butuh sedikit sinar, untuk benar-benar bisa kulihat cerita-cerita itu. Ada tau dimana cahaya itu?

Wednesday, October 21, 2009

fresh morning after the rain

What stories tell us last night?
I'm just listening for the drop rain
between the dream
i hear the music of nature

Dark night covering us
in the middle of time
and the coolest temperature
I'm just sleeping well
just hear the music of nature

Until the morning comes
Nobody knows what happen last night
Just the rain or something else
The fresh one say hello to us
I'm just hear the rest music of nature

benci

Aku seorang pembenci
pembenci diri
Diri yang memberangus
pelangi dan mentari
Pelangi warnanya kuhapus
oleh buta mata dan hati
Mentari kututup sinarnya
dengan mendung dan kelam

Sampai disini
masih tak mengerti
aku yang membenci diriku sendiri

Di kamar

Terkukung di kamar
Di siang bolong
Menulis cerita picisan
yang tertumpuk dan terbuang oleh seribu cerita sama

Sejenak mendayu
menunggu
untuk sesuatu yang meragu
entah

Kata tertahan suara
suara tercekat kelu
Kelu bertahta
di dinding, di jendela, di meja
di lemari, dan dimana saja

Lagu pengusir jemu sempat singgah
dan hilang
tak bermakna lagi, untuk yang kedua

Masih terkungkung
ceritaku?
Bacalah dari atas lagi, itu ceritaku

Tuesday, October 20, 2009

Bayang-bayang

Bukan gelap yang mencerangkam
atau silau yang menghalau
Hanya kata
Lewat suara
Lewat angin
Lewat perantara
obrolan ringan yang menggumpal

Bayangan bukan dari cahaya
atau dari padam pijar
hanya dari lidah dan suara
dan nafsu-nafsu liar

Yang terkukung, berteriaklah
diam kadang menghanyutkan
tapi tak selamanya
Suara berbalas suara
karena hanya dengan bahasa yang sama
kau berbicara
kepada bayang-bayang

Friday, October 16, 2009

Maju

Maju aku terus berlari
menerjang hari
melibas duri
berteriak lantang tak akan pernah peduli
bahkan jika diujung jalan ini
hanya akan ada aku sendiri

Maju aku terus melaju
bahkan ketika waktu terus meragu
menyibak kerikil dan lautan debu
terkumpul nada dan aku berseru
jangan pernah menghalangiku
hanya akan ada kerugian untukmu

Maju aku terus menerjang
melewati jurang
melumat karang
Menerjang dengan garang
menyibak awan, membiarkan mentari bersinar terang

dan aku terus berlari, melaju dan menerjang
hingga kata-kata menjadi tumpul
teriakan tertahan di belakang
tak terdengar lagi
dan waktu hilang, dari dimensi yang kukenal
dan terus terus dan terus maju, untuk sebuah mimpi yang mampir di kepalaku
seribu malam

Wednesday, October 14, 2009

Syukur

Alhamdulillah..
Untuk pengingat
Untuk penguat hati

Tak hanya riang
Kala gundah, saat terhempas dibawah
Ucap selalu syukur
Yang sempat lama kulupakan

Alhamdulillah
untuk semuanya Ya ALLAH

Sunday, October 11, 2009

Jembatan Hati


Perkenalan itu tautan hati
ketika ada harap dan niat
dengan sebuah isyarat

Jembatan isyarat sedang kubangun
pelan-pelan
pasti kuselesaikan

Kuharap kau sudi melewatinya nanti
ketika sungai-sungai dipenuhi riak
Di awal musim penghujan


pict:disini

Secangkir di Pagi Hari


Semerbaknya harum
Candu di pagi yang cerah nan basah
oleh hujan kemarin lusa
Menusuk hingga kepangkal kesadaran

Manisnya menyentuh
Tak berlebih nan berkecukupan
mengisi cita di relung-relung dahaga
Menyentuh masuk ke jiwa-jiwa yang terbangunkan

Pahitnya punya cerita sendiri sendiri
Membawa cerita perjalanan panjang
Ketika tunas hingga panen
Membuai angan-angan tentang alam dan keindahannya

Segarnya tak terbantahkan
Teman penyapa pagi
Semangat memulai hari
Secangkir saja dan coba rasakan

Hangatnya secangkir teh
Di pagi ini


pict: disini

Saturday, October 10, 2009

Hujan di Bulan Oktober



Suasananya selalu berbeda
dan tak terlupakan
Dingin yang menentramkan
menghanyutkan ke samudra imajinasi
Melukis senyuman

Semerbak harum
tanah tanah yang basah oleh titisan awan
bercerita perjalanan yang panjang
Diantara kisah kisah kemarau yang tak berakhir

Mendung mendinginkan hari
membuka celah-celah
yang selama ini menutupi mata dan hati..

Hujan ini mengusir debu,menghapus peluh
untuk sebuah cerita sederhana
nan indah
hingga kemarau datang menjelang


pict:disini

Wednesday, October 7, 2009

Menyusuri Malam


Mencari jejak yang sempat kutinggalkan
yang terisi duka dan bahagia
serta cerita cerita yang lain

Diantara rerimbunan pohon
dan angin malam
Pelita bulan kupinjam
sebagai penerang

Untuk kususuri malam
mencari cerita yang sempat kutinggalkan
sampai nanti, pagi datang
menyapa


pict:disini

Tak Pantas


Pembisik kelam
Pengganggu malam
Mengoyak oyak batas
Pembuka azab

Kembali aku terhempas
Merangkak dari bawah
Hingga waktu yang tak ditentukan
Membawa sesal dan sebak
yang kian menusuk dan membenamku lagi

Termenung, tak pantaslah aku disini
diantara kalian, wahai sahabat malam

pict:disini

Friday, October 2, 2009

Sore Yang Berguncang

Panggung berguncang
menarik pandangan
bukan senyum
lakonnya tangis dan kepedihan

Pongah-pongah cerita
yang membatu
luluh lantak dalam puing-puing kepedihan

Derai air mata
bercampur dengan hujan di akhir september
pilu
Senyum pahit, dan gulita adalah teman sejati

Ini pengingat?
atau hukuman?
mereka yang salah?
atau kami penyebabnya?

Sang pengantur cerita
telah menentukan ini
mengingatkan lagi peran dan lakon kita

Agar tak berguncang lagi
panggung ini