Ketika aku kehabisan kata
kehabisan tinta
kehabisan makna
kehabisan jiwa
Kutengok lagi 100 puisiku
berharap masih ada yang tersisa
Thursday, December 31, 2009
Sahabatku
Malam
Rembulan bintang
Angin dan dingin malam
Serangga malam
Adakah yang belum kutuliskan?
Rembulan bintang
Angin dan dingin malam
Serangga malam
Adakah yang belum kutuliskan?
Sepi
Tuhan ijinkan aku melangkah kebintang bintang disana
Semalam saja
Aku dan dia dalam kesepian
Biarkan kami bertemu dan saling menyapa
untuk membunuh sepi yang menyayat ini
Semalam saja
Semalam saja
Aku dan dia dalam kesepian
Biarkan kami bertemu dan saling menyapa
untuk membunuh sepi yang menyayat ini
Semalam saja
Bawa kembali aku malam
Malam ambil aku kembali
Aku terlalu asing untuk siang dan dunianya
Aku rindu bulan, bintang, angin malam
Orkestra serangga, gemrisik semak
dan semuanya
Bawa aku kembali malam
Aku terlalu asing disini
Aku terlalu asing untuk siang dan dunianya
Aku rindu bulan, bintang, angin malam
Orkestra serangga, gemrisik semak
dan semuanya
Bawa aku kembali malam
Aku terlalu asing disini
Rembulan
Menyingkirlah sebentar awan
aku ingin berbincang sebentar dengan rembulan
Sudah terlalu lama aku mengabaikannya
aku ingin berbincang sebentar dengan rembulan
Sudah terlalu lama aku mengabaikannya
Di kamar ini, sunyi
Di sudut-sudut kamar ini hanya sunyi yang kutemui
Tak ada cerita
Tak ada nanyian
Tak ada tangisan
Atau canda tawa
Benar-benar khusyuk dalam sunyi
Aku terpekur di satu sisi
Diam mendengarkan
berharap dinding-dinding bercakap-cakap
Hingga kutahu apa yang terjadi
di kamar ini, tadi, kemarin, dan kemarinnya lagi
Tak ada cerita
Tak ada nanyian
Tak ada tangisan
Atau canda tawa
Benar-benar khusyuk dalam sunyi
Aku terpekur di satu sisi
Diam mendengarkan
berharap dinding-dinding bercakap-cakap
Hingga kutahu apa yang terjadi
di kamar ini, tadi, kemarin, dan kemarinnya lagi
10.29
Semenit mendekat 10.30
Semenit meninggalkan 10.28
Entah dimana
Tempat ini diam tapi kian melaju
Menulis dan menghapus
Berpijak atau membeku disana?
Entah
Yang kutahu sekarang masih 10.29
Semenit mendekat 10.30
Semenit meninggalkan 10.28
Semenit meninggalkan 10.28
Entah dimana
Tempat ini diam tapi kian melaju
Menulis dan menghapus
Berpijak atau membeku disana?
Entah
Yang kutahu sekarang masih 10.29
Semenit mendekat 10.30
Semenit meninggalkan 10.28
Aku Sang Pencemburu
Aku pencemburu malam
yang sabar menjaga mimpi-mimpi
Aku pencemburu awan
yang ikhlas membagi hujan kehidupan
Aku pencemburu siang
yang telaten membimbing jiwa-jiwa
Aku pencemburu kemarau
yang kebal akan cacian dan hinaan
Aku pencemburu alam
yang diam dengan semua kesengsaraan
Aku pencemburu burung terbang
yang bebas melayang tak terikat
Aku pencemburu bintang
sang penunjuk arah dan tujuan
Aku pencemburu lautan
yang sabar tabah menampung curahan air
Aku sungguh-sungguh hanya sang pencemburu
Maafkan aku Tuhan
yang sabar menjaga mimpi-mimpi
Aku pencemburu awan
yang ikhlas membagi hujan kehidupan
Aku pencemburu siang
yang telaten membimbing jiwa-jiwa
Aku pencemburu kemarau
yang kebal akan cacian dan hinaan
Aku pencemburu alam
yang diam dengan semua kesengsaraan
Aku pencemburu burung terbang
yang bebas melayang tak terikat
Aku pencemburu bintang
sang penunjuk arah dan tujuan
Aku pencemburu lautan
yang sabar tabah menampung curahan air
Aku sungguh-sungguh hanya sang pencemburu
Maafkan aku Tuhan
Tembok
Sungguh ku tak percaya
Pada dinding tembok dingin disebelahku
Benarkah dia tuli mendengarkan ocehanku
atau penguping sejati yang berpura pura?
Pada dinding tembok dingin disebelahku
Benarkah dia tuli mendengarkan ocehanku
atau penguping sejati yang berpura pura?
Rasa yang Kau titipkan
Tuhan terima kasih atas rasa yang telah Kau titipkan
ijinkan aku untuk berlari lagi
menembus semak membelah malam
Aku ingin tersesat pada kelam malam
ijinkan aku untuk berlari lagi
menembus semak membelah malam
Aku ingin tersesat pada kelam malam
Pembunuh atas nama cinta
Aku mengoyak luka kekasihku dengan cinta
dengan kata hilang makna
sirna
Mengurai badai
saat kemarau ceria
Datang dengan tiba-tiba
Lidahku mengeras baja
membatu menusuk raga
Lagi-lagi atas nama cinta
Aku menusuknya dengan bara
Oleh masa tak terulang
namun urung terlupa
Sungguh hina diri, malang
Aku petir yang memaksa air
berpisah dengan awan
Menguap dan hilang
Aku menyerapnya dalam kelam
dengan kesunyian hampa
Padahal dia siang yang periang
dengan pelangi di ujung harinya
Sungguh aku pembunuh jiwa
atas nama cinta
dengan kata hilang makna
sirna
Mengurai badai
saat kemarau ceria
Datang dengan tiba-tiba
Lidahku mengeras baja
membatu menusuk raga
Lagi-lagi atas nama cinta
Aku menusuknya dengan bara
Oleh masa tak terulang
namun urung terlupa
Sungguh hina diri, malang
Aku petir yang memaksa air
berpisah dengan awan
Menguap dan hilang
Aku menyerapnya dalam kelam
dengan kesunyian hampa
Padahal dia siang yang periang
dengan pelangi di ujung harinya
Sungguh aku pembunuh jiwa
atas nama cinta
Tidur
Aku ingin tidur diantara ilalang
Dipelukan bintang
Dongeng-dongeng indah oleh kumbang
Dengan iringan orkestra malam yang mengalun tenang
Dipelukan bintang
Dongeng-dongeng indah oleh kumbang
Dengan iringan orkestra malam yang mengalun tenang
Ujung lingkaran
Mencari ujung
dari lingkaran jalan ini
Kau tertawa?
Jangan mengejekku
cukup kau tunggu
Nanti kukirim kurir
Jika kami telah bertemu
dari lingkaran jalan ini
Kau tertawa?
Jangan mengejekku
cukup kau tunggu
Nanti kukirim kurir
Jika kami telah bertemu
Bisu
Sepanjang kata
yang tak lekang mengurai makna
cita, cinta
sedih, perih
sendu, pilu
hina, dina
asa, bara
kelam, cahaya
buram, warna
siksa, luka
iris, tangis
Masih bisu
berteriak dalam kesunyian
tak terdengar
Suaraku masih tak terdengar
Aku bisu oleh kata
yang tak lekang mengurai makna
cita, cinta
sedih, perih
sendu, pilu
hina, dina
asa, bara
kelam, cahaya
buram, warna
siksa, luka
iris, tangis
Masih bisu
berteriak dalam kesunyian
tak terdengar
Suaraku masih tak terdengar
Aku bisu oleh kata
Inikah surga, Tuhan?
Merdu denting gerimis
Harum tanah yang melepas kerinduan pada sang hujan
Awan berkabut berarakan
menembus dinding gunung
mencari peraduan sebelum malam merunggut cahaya
Air hujan mengalir, sekali kali menggoda kakiku yang telanjang
genit
Gemulai burung-burung hitam
Menari menyergap dalam diam
Aku terpaku terpukau
Inikah surga Tuhan, yang sering Engkau janjikan?
Harum tanah yang melepas kerinduan pada sang hujan
Awan berkabut berarakan
menembus dinding gunung
mencari peraduan sebelum malam merunggut cahaya
Air hujan mengalir, sekali kali menggoda kakiku yang telanjang
genit
Gemulai burung-burung hitam
Menari menyergap dalam diam
Aku terpaku terpukau
Inikah surga Tuhan, yang sering Engkau janjikan?
Ijinkan aku tidur Tuhan
Ijinkan aku tidur Tuhan
Kala malamku begitu panjang
dan pagi enggan datang
Ijinkan aku tidur Tuhan
Saat doa-doaku mulai palsu
terucap beku
Ijinkan aku tidur Tuhan
Ketika langkahku tak lagi menyatu
pada hati dan tujuanku
Ijinkan aku tidur Tuhan
Jika inderaku pergi
pada hati yang pelan mati
Ijinkan aku tidur malam ini Tuhan
Sungguh aku terlalu lelah untuk bersyair lagi
Kala malamku begitu panjang
dan pagi enggan datang
Ijinkan aku tidur Tuhan
Saat doa-doaku mulai palsu
terucap beku
Ijinkan aku tidur Tuhan
Ketika langkahku tak lagi menyatu
pada hati dan tujuanku
Ijinkan aku tidur Tuhan
Jika inderaku pergi
pada hati yang pelan mati
Ijinkan aku tidur malam ini Tuhan
Sungguh aku terlalu lelah untuk bersyair lagi
Sunday, December 20, 2009
Aku malam juga siang
bukan malam
bukan siang
hanya malam juga siang
dan atau mungkin sebaliknya
dan (mungkin) itulah aku
bukan siang
hanya malam juga siang
dan atau mungkin sebaliknya
dan (mungkin) itulah aku
Saturday, December 19, 2009
Aku Pulang Tengah Malam
Aku pulang tengah malam
Saat tak ada kata
yang merayu atau mendusta
Aku pulang tengah malam
Membawa kelam
di tangan dan hatiku
Aku pulang tengah malam
Saat kalian terlelap
mengendap tak ingin kalian merayakan kehadiranku
Aku pulang tengah malam
Saat batas menjadi kabur
dan masa menjadi ambang
Dan masih aku pulang tengah malam
Mungkin selalu
Janganlah kau tunggui aku
Malam ini aku pulang tengah malam
Saat tak ada kata
yang merayu atau mendusta
Aku pulang tengah malam
Membawa kelam
di tangan dan hatiku
Aku pulang tengah malam
Saat kalian terlelap
mengendap tak ingin kalian merayakan kehadiranku
Aku pulang tengah malam
Saat batas menjadi kabur
dan masa menjadi ambang
Dan masih aku pulang tengah malam
Mungkin selalu
Janganlah kau tunggui aku
Malam ini aku pulang tengah malam
Padam Bara
Sekilas temaram
di balik ringkih detak nafas
bergejolak tak bersuara
Menyerap jiwa
Aku butuh air, wahai pujangga
yang mendinginkan gelora, wahai pecinta
menggemburkan ladangku, wahai kelana
mendewasakan cintaku, wahai yang kucinta
Padamkan baraku, tolonglah
wahai kalian semua
di balik ringkih detak nafas
bergejolak tak bersuara
Menyerap jiwa
Aku butuh air, wahai pujangga
yang mendinginkan gelora, wahai pecinta
menggemburkan ladangku, wahai kelana
mendewasakan cintaku, wahai yang kucinta
Padamkan baraku, tolonglah
wahai kalian semua
Thursday, December 17, 2009
Sore indah untuk malam kelabu
berjalan diantara trotoar lusuh
dengan kaki telanjang
merasakan cipratan comberan
dengan percik gerimis hujan
dan deru petir bersahut pilu
malam mulai menyergap
bayangan kelam dalam diam
cerita indah menyambut malam
setidaknya tidaknya untukku
dengan kaki telanjang
merasakan cipratan comberan
dengan percik gerimis hujan
dan deru petir bersahut pilu
malam mulai menyergap
bayangan kelam dalam diam
cerita indah menyambut malam
setidaknya tidaknya untukku
Monday, December 14, 2009
Hilang Kata
Tolonglah
aku kehilangan kata
yang menyampaikan cinta
yang meneriakan luka
yang meramaikan cerita
yang menembus dinding masa
yang mengurai makna
yang menemani tawa
yang
yan
ya
y
.
aku kehilangan kata
yang menyampaikan cinta
yang meneriakan luka
yang meramaikan cerita
yang menembus dinding masa
yang mengurai makna
yang menemani tawa
yang
yan
ya
y
.
Sunday, December 6, 2009
Hilang
Menjadi yang tak terdefinisi
diantara kata
Atau terbuang diantara onggokan masa?
Hitam diantara gulita
Tertimbun di lorong-lorong cerita
yang mengalir tak biasa
Hidup kadang untuk ada
atau
mungkin lebih baik jika menghilang
dan musnah saja?
diantara kata
Atau terbuang diantara onggokan masa?
Hitam diantara gulita
Tertimbun di lorong-lorong cerita
yang mengalir tak biasa
Hidup kadang untuk ada
atau
mungkin lebih baik jika menghilang
dan musnah saja?
Thursday, December 3, 2009
Pergi datang
pergi pergi pergi
sunyi sunyi sunyi
lari berlari
hampar terbentang
juang dan harap
sore dan pagi, silih berganti
membalik lembaran
menindih ditempat terberat
berlari lari
ramai ramai ramai
lalu?
sunyi sunyi sunyi
lari berlari
hampar terbentang
juang dan harap
sore dan pagi, silih berganti
membalik lembaran
menindih ditempat terberat
berlari lari
ramai ramai ramai
lalu?
Subscribe to:
Comments (Atom)