Tuesday, April 27, 2010

Teman Seperjalanan

sesampai di pemberhentian berikutnya saja
temani aku
menikmati tarian daun
mendengar bisikan angin
yang mengalun merdu diantara celah jendela
meresapi setiap potong cerita
tentangku
tentangmu
tentang mereka
atau bebas, tentang siapa saja
yang kita kenal atau yang asing
aku akan sangat senang.

Oia, terima sebotol tehku ini
mungkin tak lagi manis, aku sudah mencampurnya
dengan aer mata Ibu penjualnya
tak apakan?
Dan ini sepotong kue sisa, yang kubeli dari anak
kecil berkaki pincang di depan stasiun Barat.
Ini yang bisa kusuguhkan sebagai pengantar kita mengarungi
samudera cerita didalam besi tua yang terus bergerak bising ini.

Hmm, masih 2 jam lagi stasiun berikutnya.
Cukup saja untuk kita bertukar dunia, setujukah teman seperjalanan?


Ruang bisu, 3 Mei 2010

Saturday, April 24, 2010

akulah :

akulah lelaki yang menggigil di ujung gang
di setiap malam yang dingin menggigit
membunuh kehidupan
dalam sunyi kelu tanpa rintihan

aku jugalah lelaki yang mematung di jembatan tua
di pinggir kota
memandang dalam ke sungai yang dangkal
yang mulai menyusut nadir darahnya

aku pula lelaki kumal bergitar tua
bersenandung sumbang di depan teras-teras toko
yang mulai kehilangan gairah untuk menggoda
para penjaja kepuasaan

akulah lelaki yang kehilangan bayangan ketika sinar matahari sedang
di puncak teriknya menggeliatkan setiap sel kegerahan

akulah lelaki yang berteriak lantang di tengah pasar
yang menyerap setiap kata dan nada dalam irama tak beraturan
menyadarkan keyakinanku akan kebisuanku

akulah lelaki yang mengejar bayang
menagih janji kepada bulan untuk janji yang tak pernah ia ucapkan

akulah lelaki yang terlahir dari rahim emosi
yang terus menuntut pamrih yang tak pernah kujanjikan

akulah lelaki yang berjalan diantara siang dan malam
dan masih ragu akan berhenti dimana

dan malam ini akulah
lelaki yang menggoreskan kata demi kata
yang memang tak berarti, untuk sebuah alasan saja
menemaniku menghabiskan secangkir kopi kental
berusaha bertahan agar diriku tak larut dalam encernya dunia mimpi

Wednesday, April 21, 2010

Panggung

Ditelanjangi cahaya
tak ada lagi tempat bersembunyi
dari panggung hina ini
Kualat, aku butuh topeng semar

Catatan panggung sederhana
penuh intrik kata, tipuan muka, picikan mata
Cuih, berebut peran palsu
terbirit birit diantara punggawa lugu

Eh, diseberang depan
kulihat dirimu
embun diterik yang mencengkik
tersenyum simpul
Menelanjangiku hingga ke ubun-ubun
Alamak, dimana aku lagi akan bersembunyi



Panggung palsu, 21 April 2010

Friday, April 16, 2010

Selamat Datang Pagi

Tuhan telah menyapakan pagi
Bukan sekedar untukku tersadar
dari potongan mimpi yang mengabur
Dia adalah teman yang di titipkan
untuk awal sebuah cerita
Dan aku lebih memilih
pilihan untuk berteman dari sekedar penyapa

Aku korban cerita waktu yang melulu
Menunggu malam menghindar pagi
Dulu,
Sekarang aku lebih memilih
pilihan untuk menyapa daripada menghindar

"Bolehkah kubertanya sahabat baruku pagi?"

Konon Tuhan punya cerita kan?
Tuhan telah menuliskan ceritaku dengan tinta-tinta-Nya
Di antara lembaran-lembaran kertas kehidupan
Indah dan sedih tak bisa dirubah
Dan aku hanya sang bidak diantara jutaan bidak laen, yang tak ada kuasa
sekedar menerima.

Dulu, aku bidak pemberontak
Belajar mengatur yang kupunya
Menolak skrip cerita
Tak lelah menghina dan mencela
Tentang cerita yang kuuanggap berbeda
Aku terpendar, hilang diantara kelam
Dengan keangkuhanku
Di titik terendah

Engkau (pagi) telah menyapa, diantara kesunyian
Aku diam untuk beberapa kata
Mungkin aku sudah kembali datang
Walau kelu kuucap
"Selamat datang pagi",
Ceritaku harusnya berlanjut
Dan aku senang jadi bidak berkawan pagi.
"Benarkan sahabat baru?"

Thursday, April 15, 2010

Wednesday, April 14, 2010

Hati ini..

Lugu
Lucu atau dungu?
Engkau tahu itu?

Belajar mencerna keikhlasan, kubilang lugu
Menangis ketika jiwa tertawa, atau sebaliknya
kubilang lucu, tapi mungkin kau berpendapat ini dungu

Hati ini memang lucu
jika tak kau protes ini antara lugu dan dungu