Friday, May 14, 2010

Cerita Bintang

bintang bintang teronggok
membiru berkedip
tersamarkan rerumputan
pelan dan pelan
naik ke langit kelam
mencari peraduan..


Bandung menjelang senja, 14 Mei 2010

Friday, May 7, 2010

Penjara

terpenjara dalam raga tua
aku merintih memaki
doa dalam kesinisan
terisap sepi kepiluan
bau anyir dan busuk tertawa berbarengan
menginjakku dalam nisan awan-awan

dalam kelam mencekam
pilu yang setia
teman sejati sabar berbagi
tentang luka, luka dan luka saja

memang aku sudah tiada
entah dimana
saat terjaga oleh kepiluan
air mataku berdoa
"Lepaskan aku dari penjara raga tua ini Tuhan"



Ranjang penantian, 7 Mei 2010

Wednesday, May 5, 2010

Gunung, pantai, awan

Terdampar sementara dalam pencarian
Di sebuah alun-alun ketenangan
Tempat menghela nafas
di bawah beringin yang rimbun

Kutatap dalam gunung gunung berjajaran
angkuh diam
Taklid dalam kepatuhan
Kurasakan ombak bergulung-gulung bekejaran
bergemuruh, berebutan
mencumbu karang

Dalam keterpanaan, langit mengukir cerita
tentang Ramayana dan Dewi Sinta
cerita sederhana berulang
bermakna tak mengenal masa

Dalam sajian alam
batinku bertanya lirih
pada yang mendengar
"Apakah aku di surga, kawan?"

Pacitan, 5 Mei 2010

Berbagi Beban

Bergumul dengan lapang
Berharap berbagi beban dengan awan
Tentang cinta, cita, derita, duka, senang, bahagia, pedih
semua

Sungguh, aku tak memaksa
sebisamu saja

Pacitan, 5 Mei 2010

Monday, May 3, 2010

Tersesat

Kupagut perih
diatas ranjang kenistaan
Merintih meraung pedih
dalam pelukan ketiadaan

Telah membatu hatiku
bergulir diantara jeram sungai darah
Gelap kurasa langit hilang biru
aku tersesat menghiraukan arah

Aku penari lantang
Dalam keramaian aku kesepian
Selalu berharap lekas petang
Agar aku kulepaskan jubah kepedihan

Ternoda oleh cinta
yang diobral murah diantara jajanan
aku sembilu terhina
Oleh tipu dan rayuan

Telah kutorehkan tinta
Cerita memalukan
Membenci gila cinta
Yang menipu meremukkan

Aku ternoda oleh sabda pengelana
Mabuk oleh candu cinta
Yang keluar manis nun berbisa
Aku ternoda

Biar saja kudekap tubuhku sendiri
Kubasuh dengan darah dan peluh
Aku ingin berlari
Kusegan bertahan disini, ingin lekas pergi
Masuk diantara kobaran bara, lekas melepuh


Ruang bisu, 3 Mei 2010

Pengelana

Kugantung doa diawan
sungguh kutakada pamrih
Hanya tak ingin kulupakan
hingga aku pulang dan letih

Aku pengelana tanpa tujuan
berserak menarik langkah pelan
bersenda memungut cerita
tentang siapa,kamu aku kita siapa saja
menyelaminya satu persatu
menorehkan warna-warna pada mimpiku

Kutakbutuh waktu
yang menggantung rindu
Penjejal pilu

Kutakbutuh arah
pemberat langkah
Membuatku lemah

Kutakbutuh bekal
Menghitamkan hatiku bebal
Meremukkan hasratkutak kebal

Aku hanya butuh jalan
Penuntunku pelan
dalam puisi dan kefaanaan
Persetan
Tentang kehadiran
Aku hanya butuh berjalan
Aku pengelana tanpa tujuan


Ruang bisu, 3 Mei 2010

Telaga Kenangan

Bau rumput meranggas kuhirup
Kabut putih tebal kusapa
Angin gunung menggigit kurasa
Air bergemiricik ke persinggahan
Alhamdulillah aku telah tiba
Selamat datang kenangan



Ngebel, 3 Mei 2010

Namaku

Namaku mentari
setidak tidaknya sampai malam ini tak terenggut
oleh bilar-bilar jingga di ufuk timur sana

Namaku rembulan
setidak tidaknya sampai awan kuat bertahan
ditempatnya oleh rong rongan lembayung musim kemarau

Namaku pelangi
setidak tidaknya sampai mentari dan bulir hujan
tak berpagutan di seberang gunung

Namaku hujan
setidak tidaknya sampai awan kuat menahan tangisnya

Namaku angin
setidak tidaknya sampai orang tak berdoa atas gerah
yang dititipkan tuhan, meminta udara bergiliran berpindah
tempat

Namaku aer
Setidak tidaknya sampai awan kehilangan kesedihannya
diantara cerita perjalanannya.

Namaku yatim piatu
Setidak tidaknya sampai ayah ibuku hidup kembali.

Namaku...
ah, terlalu banyak untuk kuingat.





Ruang senyap, 3 Mei 2010

Kelepon

Engkau candu para pencari rindu
Taburan parutan kelapa muda yang memabukkan
Melupakanku sejenak hasrat pencarianku
Hijau serasi dengan balutan pembungkus daun
Mengurai makna akan keteguhan
dan keyakinan
Gurihmu merayu lirih
Mengajakku melayang-layang diulur kenikmatan
Berpindah dari dahan ke daun
silih berayun
Manismu adalah kejutan
Meresapi setiap pembuluh lidah para penikmatmu
Berbungkus keindahan dan keserasian
Kau benar-benar racun canduku
Penghisap keperihan
Rasamu perpaduan
pengharapan dan kehilangan
Yang bersatu dalam doa, usaha dan keprasahan



Ruang senyap, 3 Mei 2010

Bocah pelukis pelangi

Bocah kecil pelukis pelangi
meringkuk di balik kolong2 kardus
berlindung dari tetesan aer mata awan
Diam terpekur
menanti kanvas langitnya agak kering
menanti kuas tuanya siap
menanti cat warna mataharinya datang
Mempersiapkan lukisan mahakaryanya.

Ah, aku iri kepada kalian
yang melukis semua kebebasan
dalam warna warni pelangi
menafikan kekangan kefanaan.


Ruang biru, 3 Mei 2010

Namaku sepi

Namaku sepi
Lahir dari kolong-kolong pekat malam berpagut kesunyian
Berteman ketidakpedulian
Diasuh oleh ketiadaan
Bergumul dengan penderitaan
Mati berkarat dalam kesendirian

Ya, sepi, itu yang tertulis di epitaphku


Di kolong kesunyian, 3 Mei 2010

Sunday, May 2, 2010

Kebisuan

Kita duduk berhadapan membisu
hanya tatap sendu
Aku melihatmu engkau tak sebaliknya
Selang beberapa menit aku bicara
Lalu berteriak
Lalu berbisik
Dan diam
Kita hanyut lagi
dalam samudera biru masing-masing

Dalam kebisuan mencekam
berakhir oleh dua buah gerakan
berlawanan
Aku beranjak berjalan
Kau beranjak berlawanan
Diam

Aku belajar mengukir senyum
menampik rasa perih yang menyayat
Semua berjalanan pada arahnya
membisu
dalam sunyi kutitip doa
entah untuk siapa.
sederhana
"Semoga engkau berbahagia"




Ngebel, 2 Mei 2010