Thursday, November 26, 2009

Maafkan Malam

aku datang dari malam
dari kelam
cerita tentang ketiadaan
sempat menjadi siang
untukku menyapamu
tapi tak pernah menyentuhmu

dan kembali kumenghilang
oleh malam
tentang ketiadaan

maafkan  aku (malam)

Hujan Ketika Takbir

Ketika takbir hujan datang
malam tersenyum
Irama denting air dan gema "Allahuakbar"
mengiringi malam
mengawalnya hingga peraduan

Ada bisik kebesaran disana
dengan kata yang ditangkap kelam
dan irama yang dilebur cinta

Merindukah engkau?
tentang pujian kemenangan bersama denting hujan
yang berpekik sepanjang kenangan

Bergabunglah, kami menunggumu

Saturday, November 21, 2009

Siapa saya?

Yang menadah hujan itu angin
dia yang merayu awan itu menjatuhkannya
Yang menghembuskan angin itu panas
dia yang mendesak, merangsak
ketempat si dingin

Yang mengobarkan panas itu si mentari
dia tersangka pertama
Yang menyapa mentari siapa?
tentu bukan saya, karena saya masih bertanya siapa saya

Tuesday, November 17, 2009

aku menyerah untukmu

aku menyerah untukmu hujan
bilaslah aku semaumu
karena aku yang serakah
menimba panas dan menyulut asap
aku menyerah untukmu (hujan)

Monday, November 16, 2009

Balada Malam dan Hujan

Setaun ini tak kan selamanya kering
Hujan semalam,menyirami menyegarkan simpul-simpul senyumku
Baunya selayak nirwana terbentang d depan.

Hanya ilalang basah bersembunyi
Diantara orkestra jangkrik dan binatang malam
Sungguh segarnya.

Tak kurasa sebelumnya, tentang mereka
Sedikit tunasnya malu-malu muncul
Diantara butiran kristal terindah
Dia hidup
Dasar penipu mata para pencari cinta beku
Diam khyusuk menatap alam

Membisu
ah aku tau jawabannya.....

Sunday, November 15, 2009

Sunyi

Ketika sunyi aku mati
terdampar di antara dinding yang membisu
bukanku tak ingin teriak
aku hanya ingin mendengar detak jantungku
dan jantung malam, jika sudah tiba masanya

Ketika mati apakah akan sunyi?
mungkin dinding itu yang akan menjawab

Friday, November 13, 2009

24 Malam

Dengan Menyebut Asma-Mu

Bunyi tetes aer sisa hujan sore tadi mengiringiku merasuk ke pekatnya malam, menelusuri beragam perjalanan yang tak dapat tersentuh lagi. Aku sudah melewati malam ini sebanyak 24 kali dalam hidupku. Malam beragam, dan coba dengan keras kuingat bahwa aku selalu melewati malam-malam yang berbeda disetiap tahunnya.

Begitu banyak yang mengganjal disini, di malam ini. Ada yang mengikat erat kedua kakiku hingga urung kugerakkan. Aku masih disini, di sela-sela ruang kelam di sudut malam yang selalu pekat tak terjamah sinar bulan dan bintang. Walau dengan keras aku berusaha menyibaknya, hampir percuma aku berusaha.

Diantara gelap gulita, aku masih berusaha tertawa atau sekedar tersenyum. Aku tidak peduli apakah ada yang peduli dengan tingkahku ini, aku merasa malam ini menyerap semua sisa kebahagian yang sempat kusisihkan dan kutabung. Aku masih belum ikhlas pada malam, yang setia menemaniku tapi membunuhku secara perlahan.

Malam terus menerobos lorong-lorong waktu dengan kepastian, dan aku masih berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaanku sendiri dalam keraguan.

Sore tadi hujan menggilas beringas sisa-sisa kejayaan sang kemarau. Melibasnya tak bersisa bahkan tak ada secuil ruang kosong yang tersisa untuk debu dan kekeringan, semuanya dipenuhi basah dan lembab. Sebuah konspirasi sederhana untuk menyambut malam ini. Hujan, gerimis, pekat malam, dingin dan sunyi inilah lakonku untuk malam ke 24 ini.

Takkan kuceritakan lagi kisahku yang sudah terenggut oleh malam, aku kehabisan cerita dan tenaga untuk menulis lagi cerita. Tangan mendekap rapat, kusembunyikan diantara gigilan tubuhku. Ada yang kusembunyikan diantara rapatnya dekapan tanganku.

Kau tahu apa itu? Itulah mimpiku atau lebih tepatnya sisa mimpiku yang hampir hilang terbasuh masa. Mulanya pada malam ke 8, aku mulai mengumpulkannya. Di tiap malam berikutnya aku selalu mengumpulkannya. Satu demi satu, sedikit demi sedikit. Hingga pada malam ke 16 aku merasakan bahwa itulah malam dengan mimpi-mimpi terbanyak yang berhasil aku kumpulkan. Selanjutnya terus berkurang disetiap malamnya hingga malam ini, sedikit sisa yang masih ada. Yang entah esok hari akankah masih bersisa atau aku akan kehilangan mimpiku yang terakhir ini selamanya.

Malam kemarin aku sempat berpikir untuk membuangnya, tapi pelita-pelita sekitarku yang terus menjagaku untuk tetap terjaga, dan terus berjuang mempertahankannya hingga malam ini menjelang di pertemuan dengan hujan tadi sore. Pelita-pelita yang luar biasa, yang kehadirannya adalah kehangatan untuk siksaan dingin, senda tawa untuk kesunyiaan tiada berakhir, dan senyum untuk setiap tetes aer mata.

Ada asa disini, dibalik kaos hijau tua yang mulai lusuh dimakan usia yang sedang kukenakan ini. Asa untuk tersenyum dan memintal sisa mimpiku menjadi cahaya terang yang menyeimbangkan malam. Asa untuk pelitaku yang terus bersinar ketika aku berusaha menafikannya.

Dan kubiarkan sesaat diriku berhenti, mencari suara adzan ditengah malam. Kusimpuhkan raga, diam dalam doa.

Dan aku masih berdoa.
Untukmu sang Kuasa, atas siang dan malam serta masa.

Diam, diantara kesunyian yang mencekam.

Hingga tiba kesadaran sederhana menembus dinding asa, untuk sebuah keputusan:
Malam ini akan kujerang mimpiku, kubuka dekapanku dan mulai kupintal semuanya menjadi cahaya yang indah dan berwarna warni.

Aku tak takut lagi, dengan atau oleh malam. Sekarang aku tahu, inilah mimpiku yang abadi, yang dititipkan Raja Semesta pada setiap insan.

Sesederhana ini? Kujawab iya, untuk sebuah keinginan kuat hanya sesederhana ini. Perjalanan yang akan menguji kesederhanaan makna "iya".

Aku akan tidur, tak ingin kuhabiskan malam ke 24 ini untuk kutemani, toh semua akan berjalan seperti sedia kala, seperti yang sudah di gariskan.

Akan kusimpan tenagaku untuk esok, akan kucari kepingan puzzle mimpi yang pernah ada dan sekarang hilang.

Aku yakin, masih ada disana. Nanti, di hari nanti diantara pagi, siang dan sore atau bahkan mungkin ada diantara malam dan ceritanya. Wallahualam.
 

Thursday, November 12, 2009

Pelangi














Pelangi itu ada
karena matahari tidak memaksakan kehendaknya akan panas
dan hujan ikhlas menerima angin yang menyentuhnya pelan
tidak kencang seperti selayaknya

Tidak ada yang menduhului
atau berpijak didepan memasang topeng
mereka ada pada porsinya masing-masing

Lihatlah lagi
Pelangi di ujung barat sore ini
dia adalah kecantikan yang tersaji
dari perbedaan yang bersenergi
saling mengisi

Saturday, November 7, 2009

Beda?Tak ada!!

Lalu apa bedanya?
Malam yang benderang
atau Siang yang gulita
Kalau jiwa-jiwa ini runtuh patuh
Oleh topeng dan belenggu rantai setan

Tak ada!!

Thursday, November 5, 2009

Sepanjang Sore



















Mematuk matahari senja
yang mulai menjingga
Aku akan membungkusnya,
sebelum pegunungan barat merampasnya dariku

Bayangan mengaku temanku
urung percaya aku penuh curiga
Cemas dia berdekatan
dia selalu menjauhiku
kala matahari juga menjauhiku

Mereka bercumbu di belakangku?
Siapa yang menjawab?
Tak ada?

Ah kutunggu bulan saja nanti
seperti semalam kemarin

Tuesday, November 3, 2009

Titik

Saat tak ada lagi cerita
Apa yang akan ditulis?

Ibu

Ibuku mengajariku melukis
hingga bisa kuwarnai hari

Ibuku mengajariku bernyanyi
hingga bisa kuramaikan sunyi

Ibuku mengajariku berlari
hingga terus kukejar mimpi

Ibuku mengajariku berdoa
berharap selalu ingat dan tak pernah lupa

Ibuku mengajariku tersenyum
mengingatkanku untuk tak selalu sendiri

Ibuku mengajariku diam
membangunku dalam kebijaksanaan

Ibuku masih terus mengajariku
tentang dunia yang tak kukenal
Untukku menatap siang dan malam

Tapi ibuku lupa mengajariku
untuk mengingat jasa-jasanya..

Pohon Yang Tersisa



















Kenapa masih bertahan disana?
Jika yang lain rela menjadi alas
yang tak bernyawa

Kenapa masih bertahan disana?
Jika hujan tak lagi menyapa
menguapkan asa

Kenapa masih bertahan disana?
Jika mentari tak lagi bersahaja
tak lagi memberi panas yang secukupnya

Kenapa masih bertahan disana?
Jika aer urung menyela
diantara bongkahan yang merindukan sapa

Kenapa masih bertahan disana?
Jika udara penuh pekat racun CO2
menyelamu tak memberi jeda

Kenapa masih disana?
Tak perlulah kau bertahan disana

Siapakah Sang Pahlawan

Mimpi
Idealisme
Kata hati
Realita
Siapakah sang pahlawan?